Noldy Gustaf F. Mamangkey saat kegiatan PKM di Desa Parentek Kecamatan Lembean Timur. (Foto istimewa) |
MINAHASA, Ronda.id - Wilayah pesisir pantai Desa Parentek Kecamatan Lembean Timur, Kabupaten Minahasa mendapat perhatian serius dari Universitas Sam Ratulangi Manado.
Melalui Program Kemitraan Masyarakat (PKM), Universitas Sam Ratulangi memberikan pemahaman kepada komunitas masyarakat yang tinggal di Kawasan pesisir Pantai Desa Parentek.
Salah satu dosen Universitas Sam Ratulangi Manado Noldy Gustaf F. Mamangkey, SPi, M.Sc, PhD, mengatakan bahwa program tersebut bertujuan memberikan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya menjaga dan mengelola sumber daya pesisir secara berkelanjutan.
Hal itu harus dilakukan secara berkelanjutan sebagai salah satu strategi adaptasi untuk menghadapi dampak perubahan iklim.
“Progam ini akan memberikan keterampilan kepada masyarakat tentang teknologi terumbu karang buatan sebagai Upaya alternatif menciptakan fishing ground serta membantu rehabilitasi ekosistem terumbu karang,” kata Gustaf Mamangkey.
Kegiatan PKM di Desa Parentek Kecamatan Lembean Timur. (Foto istimewa) |
Upaya ini selain bertujuan untuk melindungi kawasan pesisir dari degradasi yang terus terjadi, tapi juga dapat membantu masyarakat dalam meningkatkan perekonomiannya.
Metode yang diterapkan yaitu metode pendekatan klasikal dan individual dalam bentuk ceramah kelas, peragaan dan praktek.
“Pendekatan klasikal dilakukan pada saat penyampaian materi di kelas tentang pemahaman dan penguatan kesadaran perlindungan kawasan pesisir secara umum dan teknik pembuatan terumbu buatan serta manajemen organisasi,” jelas Gustaf Mamangkey.
Sementara pendekatan individual dilakukan pada saat praktek lapangan berupa pembuatan modul terumbu buatan yang efektif dan efisien dan teknik penanganan setelah peletakan di dasar perairan.
Kegiatan PKM Unsrat ini terlaksana dengan melibatkan Noldy Gustaf F. Mamangkey, SPi, M.Sc, PhD, Dr. Indri S. Manembu,S.Ik,M.Si dan Tim Riset Mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan FPIK Unsrat.
Dari sudut pandang lain, Gustaf Mamangkey juga mengatakan bahwa kegiatan yang dilakukan juga dapat memberikan edukasi kepada anak-anak untuk dapat mencintai lingkungan tempat tinggalnya.
“Anak-anak perlu mendapatkan pendidikan tentang bagaimana melestarikan lingkungan dan ekosistem yang ada. Kita ketahui bersama di pantai ini juga merupakan rumah bagi satwa penyu, dimana pada saat-saat tertentu pesisir pantai ini akan didatangi penyu untuk bertelur. Jika lingkungannya kotor dan ekosistemnya rusak, maka kehidupan hewan laut ini akan terancam populasinya bahkan bisa punah,” tuturnya. (Red)